INDUSTRY.co.id - Jakarta - Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) secara resmi merumuskan "Grand Strategy Plan (GSP)" guna menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang tengah dihadapi serta memenuhi target ekspor sebesar USD 5 miliar pada tahun 2024.

GSP merupakan landasan para stakeholder dalam pengambilan keputusan. GSP disusun dengan maksud dan tujuan mencapai sejumlah sasaran strategis dalam mengembangkan industri mebel dan kerajinan nasional yang disusun untuk jangka waktu 4 (empat) tahun periode 2022-2025.

Lebih jauh lagi GSP juga diharapkan menjadi landasan para pemangku kebijakan dalam merumuskan suatu kebijakan agar sesuai dengan kebutuhan industri saat ini.

Ketua Presidium HIMKI, Abdul Sobur menyebut bahwa target ekspor USD 5 miliar pada tahun 2024 bukan sesuatu yang sulit untuk dicapai mengingat potensi yang dimiliki Indonesia cukup besar mulai dari ketersediaan bahan baku, peluang pasar yang terus tumbuh, dan didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni.

Selain itu, lanjut Sobur, saat ini peluang pasar global semakin terbuka dan terus bertumbuh didorong oleh maraknya pembangunan yang diproyeksikan akan menciptakan permintaan yang cukup besar akan produk mebel dan kerajinan nasional.

Namun, ironisnya, lanjut Ketua Presidium HIMKI, dibalik potensi yang besar tersebut sampai saat ini para pelaku industri masih juga dihadapkan oleh berbagai permasalahan mulai dari sulitnya mendapatkan bahan baku sesuai kebutuhan, terbatasnya promosi pemasaran, belum berkembangnya kualitas produk dan desain, kurangnya ketersediaan tenaga kerja yang siap pakai, penggunaan teknologi tinggi, hingga akses permodalan yang masih terkendala.

"Dalam merealisasikan target ekspor USD 5 miliar di tahun 2024 dan menyukseskan Indonesia menjadi negara produsen dan eksportir terbesar di kawasan regional dan tentunya perlu dukungan dari para stakeholder khususnya dukungan dari pemerintah," kata Sobur di Jakarta (10/11).

Untuk itu, lanjut Sobur, diperlukan suatu forum bersama yang mempertemukan seluruh stakeholder terkait untuk membahas rencana aksi yang telah disusun oleh HIMKI yang dikemas dalam strategi induk yang disebut GSP Industri Mebel dan Kerajinan 2022-2025.

"Pertemuan ini juga nantinya bisa menjadi ajang bersama dalam menyusun program-program
kementerian/lembaga pemerintah ke depan sehingga program yang dibuat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh para pelaku usaha industri mebel dan kerajinan nasional," terangnya.

Sementara itu, Heru Prasetyo, Sekretaris Jenderal HIMKI mengatakan, dalam rangka finalisasi draft Grand Strategy Plan (GSP) Industri Mebel dan Kerajinan Nasional 2022-2025, HIMKI telah menyelenggarakan kegiatan Simposium Nasional dengan tema "Melalui Grand Strategy Plan Kita Tingkatkan Kontribusi Industri Mebel dan Kerajinan Terhadap Kesejahteraan Bangsa”. pada hari Kamis (10/11/2022).

Dikatakan Heru, ada dua tujuan diselenggarakannya simposium. Pertama, menyinergikan rencana aksi “Grand Strategy Plan Industri Mebel dan Kerajinan Nasional 2022-2025” dengan program-program pemerintah sebagai turunan dari Rencana Strategis dan/atau Rencana Induk dan atau kebijakan Kementerian/Lembaga terkait.

Kedua, menyatukan visi dan misi, tujuan, sasaran strategis, arah kebijakan dan strategi pembangunan bidang Industri Mebel dan Kerajinan Nasional.

Adapun, output yang diharapkan dari simposium ini adalah, pertama, tersusunnya program-program kementerian/lembaga Pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha industri mebel dan kerajinan saat ini.

Kedua, terjalin kesepakatan bersama untuk melakukan pertukaran informasi dua arah antara pihak Asosiasi dan/atau Lembaga Swasta dengan Kementerian/Lembaga Pemerintah termasuk BUMN bidang Industri dan Perdagangan Industri Mebel dan Kerajinan.

Ketiga, menyusun naskah akademik untuk penyusunan Peraturan Presiden (Perpres) penguatan industri mebel dan kerajinan yang akan menjadi acuan kebijakan Pemerintah agar menjadi lebih fokus dan spesifik sesuai dengan karakteristik, kapabilitas dan kapasitas industri mebel dan kerajinan nasional.

Keempat, kebijakan ke depan menjadi lebih responsif, adaptif dan antisipatif sehingga dapat meminimalisir pengaruh negatif terhadap dunia usaha industri khususnya industri mebel dan kerajinan nasional.

"Penting bagi suatu industri untuk memiliki GSP yang akan menjadi rujukan dalam meningkatkan daya saing. Output dari GSP ini sudah jelas yaitu meningkatkan besaran ekspor hingga mencapai USD 5 miliar di tahun 2024," jelas Heru.

Meskipun, orientasi GSP ini secara eksplisit mengarah ke pasar global, bukan berarti pasar domestik diabaikan.

"Keunggulan di pasar global, merupakan konsekuensi dari posisi atau eksistensi industri di pasar nasional yang juga kuat, khususnya dalam bersaing dengan produk-produk impor sejenis. Mengingat daya saing bersifat dinamis, maka perbaikan terhadap aspek-aspek pembentuk daya saing menjadi sangat penting untuk dituangkan dalam GSP," paparnya.

Disisi lain, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam sambutannya yang dibacakan Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan, pihaknya menyadari industri furnitur dan kerajinan sekarang ini masih menghadapi berbagai kendala dan tantangan.

"Berdasarkan aspirasi dari HIMKI, kami menyerap beberapa isu pokok yang dihadapi oleh industri furnitur dan kerajinan dalam negeri," katanya.

Menurutnya, berbagai isu pokok tersebut telah menjadi perhatian, Kemenperin akan menyiapkan berbagai langkah dan dukungan terhadap upaya pemecahan isu-isu tersebut.

"Upaya ini tentu mengharuskan kami berkoordinasi dan berkolaborasi dengan kementerian/lembaga lain sesuai dengan tugas dan kewenangannya," tuturnya.

"Saya menaruh harapan besar industri furnitur dan kerajinan nasional tidak semata menjadi produsen tetapi turut menjadi salah satu trend setter di tingkat global," tutup Menperin Agus.