Jakarta - Demi mencapai target ekspor sebesar US$ 5 miliar di tahun 2019, Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI) telah menyiapkan roadmap pengembangan industri mebel dan kerajinan Indonesia 2015-2019.
“Landasan dari penyusunan roadmap ini adalah menghapus hambatan yang ada dan meningkatkan kekuatan yang dimiliki oleh industri dalam negeri,” kata Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional AMKRI, Ir. Soenoto, di sela acara bedah roadmap pengembangan industri mebel dan kerajinan Indonesia 2015-2019 di Hotel Holiday Inn Jakarta, Rabu (22/4/2015).
Menurutnya, hal-hal yang menghambat perkembangan industri mebel dan kerajinan saat ini adalah penerapan sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK), regulasi dan birokrasi yang kurang mendukung.
Hambatan-hambatan itu perlu diatasi guna mendorong peningkatan ekspor produk mebel dan kerajinan karena saat ini ekspor Indonesia baru US$2,6 miliar per tahun. “Kita kalah jauh dari Vietnam yang mencapai US$6 miliar,” ujarnya.
Selain mengatasi perbagai hambatan yang ada, AMKRI juga meminta dimaksimalkannya potensi-potensi yang ada di dalam negeri. Untuk itu, AMKRI mendorong pemerintah untuk membangun kluster industri mebel dan kerajinan yang terintegrasi dengan memanfaatkan potensi di daerah.
“Pembangunan kluster industri tersebut tidak harus terpaku pada satu daerah khusus, namun disesuaikan dengan keunggulan daerah masing-masing,” kata Ketua Tim Penyusun Roadmap Pengembangan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia AMKRI, Dedy Rochimat..
Dedy mencontohkan, kluster industri rotan bisa dibangun di Cirebon, daerah yang merupakan daerah perajin rotan terbesar pertama atau di Solo yang menjadi daerah pengrajin rotan kedua di dalam negeri.
“Selain itu, industri bahan dasar kayu idealnya di bangun di Jawa Tengah karena sebagian besar pengrajin dan bahan baku ada di daerah tersebut,” paparnya.
Dedy mencontohkan, industri mebel dan kerajinan di Taiwan sudah terintegrasi dengan baik sehingga dapat dikerjakan dan dikembangkan secara efisien dan dapat menekan biaya produksi.
“Nantinya, semua sektor akan saling terintegrasi, di mana dalam kluster tersebut harus ada industrinya, pengolahan bahan baku, pencetak sumber daya manusia, finishing produk dan bahan-bahan asesoris,” ucapnya.
Menurutnya, dengan adanya klaster mebel dan industri kerajinan yang terintegrasi, ongkos logistik untuk industri mebel dan kerajinan di Indonesia dapat turun minimal 10 %..
Dia juga menjelaskan kalau dalam acara bedah roadmap pengembangan industri mebel dan kerajinan itu juga dibahas rencana aksi yang memberikan informasi lebih rinci mengenai fakta dan kondisi di lapangan dan pemetaan di masing-masing industri mebel. agro.indonesia/buyung